Selamat Jalan, Pak Moerdiono

Negeri ini kehilangan salah satu tokoh nasional yang berpengaruh dalam era pemerintahan Presiden Soeharto. Mantan Mensesneg, Letnan Jenderal TNI (Purn) Dr. Drs. Moerdiono, telah menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Singapura, Jumat (7/10), pukul 19.40 waktu Singapura, setelah berjuang melawan penyakit yang dideritanya.
 
Jenazah Moerdiono, Sabtu (8/10), kemudian diterbangkan ke tanah air untuk kemudian dimakamkan secara militer di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata. Sesampainya di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, sekitar pukul 13.00 WIB, Jenazah Moerdiono kemudian diserahkan dari keluarga kepada pemerintah diwakili oleh mantan Mensesneg periode 2001-2004, Bambang Kesowo, kepada Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara, Lambock V. Nahattands. Acara serah terima yang dilaksanakan di depan VIP Room Terminal I tersebut dihadiri oleh pihak keluarga dan berlangsung secara militer. Usai serah terima, jenazah bersama rombongan kemudian diberangkatkan menuju Kalibata.     

Sesampainya di TMP Kalibata, jenazah berserta rombongan langsung menuju liang lahat yang telah disiapkan sejak pagi. Beberapa menteri KIB II, pejabat tinggi negara, sejumlah tokoh pada era pemerintahan Presiden Soeharto dan keluarga besar Moerdiono telah menunggu di Kalibata untuk memberikan penghormatan terakhir kepada mantan mensesneg tersebut.

Mensesneg Sudi Silalahi yang bertindak sebagai Inspektur Upacara membacakan Apel Persada sebelum jenazah dimasukkan ke dalam liang lahat. Dalam pembacaan Apel Persada tersebut, Mensesneg Sudi Silalahi mengatasnamakan negara dan Tentara Nasional Indonesia mengharapkan agar jalan dharma bhakti yang ditempuh oleh almarhum Moerdiono dapat menjadi suri tauladan bagi bangsa Indonesia. Usai pembacaan Apel Persada dan diawali dengan tembakan salvo sekali ke udara sebagai penghormatan terakhir kalinya, jasad kemudian diturunkan perlahan ke dalam liang lahat diiringi alunan adzan. Mensesneg Sudi Silalahi melakukan penimbunan liang lahat secara simbolis setelah pihak keluarga melaksanakan penaburan bunga.

Dalam sambutannya, Mensesneg Sudi Silalahi mengucapkan bela sungkawa sedalam-dalamnya atas wafatnya almarhum, seraya memanjatkan doa semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan ketabahan kesabaran serta bimbingan kepada keluarga yang ditinggalkan. Menurutnya, bangsa Indonesia telah kehilangan seorang putra pejuang bangsa yang baik yang selalu memegang teguh prinsip-prinsip perjuangan, setia pada negara dan telah bekerja keras dalam mengemban setiap tugas negara yang menjadi tanggung jawabnya. Semua yang dilakukan almarhum Moerdiono terutama saat menjalankan tugas negara dapat dijadikan suri tauladan bagi yang masih hidup dalam melanjutkan tugas pengabdian kepada bangsa dan negara. Mensesneg Sudi Silalahi juga mengajak agar semua pihak melapangkan dada untuk memaafkan segala kesalahan almarhum selama hidupnya.
 
Bambang Kesowo selaku wakil dari keluarga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi yang berkenan bertindak mewakili negara serta seluruh jajaran yang telah membantu dalam upacara pemberian penghargaan untuk mengantar kepergian almarhum yang terakhir kalinya.

Mengenang Pak Moer
Moerdiono menempuh pendidikan di Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Malang (1957) serta melanjutkannya ke Lembaga Administrasi Negara (1967). Pria kelahiran Banyuwangi, 19 Agustus 1934, ini kemudian memulai karir di bidang pemerintahan dengan menjadi staf Sekretaris Negara (1966), Asisten Menteri Sekretaris Negara Urusan Khusus (1972), hingga mengisi jabatan Sekretaris Kabinet pada tahun 1981 sampai dengan 1983.

Pada tahun 1983, Moerdiono mulai dipercayakan untuk bergabung dalam Kabinet Pembangunan IV sebagai Menteri Muda Sekretaris Kabinet. Setelah periode Kabinet Pembangunan IV berakhir, tepatnya tahun 1988, Moerdiono ditunjuk sebagai Menteri Negara/Sekretaris Negara dalam Kabinet Pembangunan V periode 1988-1993. Karir Moerdiono pun terus menanjak. Hal ini dibuktikan, dirinya terpilihnya kembali sebagai Menteri Negara/Sekretaris Negara dalam Kabinet Pembangunan VI periode 1993-1998.       

Sejumlah penghargaan juga telah diterima Moerdiono dalam masa bhaktinya sebagai abdi negara. Pada tahun 1986, pria yang kerap disapa Pak Moer ini menerima penghargaan Bintang Yudha Dharma Nararya. Setahun kemudian, Moerdiono menerima Bintang Mahaputera Adipradana. Tidak hanya itu, tahun 1994, Universitas Airlangga Surabaya juga telah menganugerahkan gelar Doktor Honoris Causa kepada Moerdiono.

Moerdiono meninggalkan istri, Marijati, dan dua orang anak, yaitu Ninuk Mardiana Pambudy dan Indrawan Budi Prasetyo. Sedangkan dua anak yang lain, Novianto Prakoso dan Baroto Joko Nugroho, telah meninggal lebih dulu. (humas setneg/berbagai sumber)

0 Comments