Oleh:
Dr. H. Iyan Fitriyana, S.HI., M.Pd
Kabupaten
Lebak, kini mengangkat visi yang sangat
progresif, yaitu “Lebak sebagai destinasi wisata unggulan nasional berbasis
potensi lokal”. Sebuah visi yang strategis untuk mendorong kemajuan kabupaten
Lebak. Visi tersebut kemudian
diejawantah dalam misi, pertama meningkatkan kualitas dan daya Saing
SDM. Kedua, meningkatkan
produktifitas perekonomian daerah melalui pengembangan pariwisata. Ketiga, meningkatkan ketersediaan
infrastruktur wilayah. Keempat, meningkatkan
kualitas lingkungan hidup. Dan, kelima
mewujudkan tata kelola pemerintahan paling baik.
Melalui wisata, orang dari luar
kabupaten Lebak dapat berkunjung ke Kabupaten Lebak dengan penuh kegembiraan. Mempererat
rasa kebersamaan dan keharmonisan para pengunjung. Melalui wisata pula, dapat membuka lapangan
kerja dan berhujung pada peningkatan pendapatan penghasilan masyarakat.
Sehingga akhirnya kesejahteraan masyarakat dapat mewujud. Namun dalam mengedepankan
wisata, memerlukan ide-ide kreatif dan inovatif.
Berpijak dari visi tersebut,
pelaksanaan Musabaqah Tilawah al-Qur’an (MTQ) ke-38 tingkat Kabupaten Lebak
2019 mengangkat tema “MTQ mengembangkan wisata al-Qur’an menuju masyarakat
Kabupaten Lebak yang madani”. MTQ ke-38
dilaksanakan di kecamatan Warunggunung. Semangat warga Warunggunung menjadi
tuan rumah MTQ sangat antusias. Jauh sebelum pelaksanaan MTQ, warga sudah
bersiap membentuk kepanitiaan dan membagi rumah-rumah yang akan ditempati untuk
pemondokan kafilah-kafilah dari 27 kecamatan yang lainnya.
Konsep keramahan warga, semangatnya
mengikuti kaum Ansor yang begitu totalitas menerima dan menjamu kaum
muhajiirin, saat Nabi Muhammad Saw. bersama umat Islam hijrah dari Makkah ke
Madinah. Termasuk pondok pesantren modern el-Karim, yang sangat hangat menerima
para Kiai, Dewan Hakim dan Panitera MTQ serta berbagai tamu. Menyambut
Warunggunung menjadi tuan rumah MTQ, pimpinan pondok el-Karim banyak melakukan
persiapan agar lebih bisa maksimal memuliakan tamu. Sungguh sebuah potret
implementasi nilai-nilai al-Qur’an yang indah ditunjukkan oleh warga masyarakat
warunggunung.
Al-Qur’an dipahami sebagai kalam Allah yang
disampaikan melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw. Al-Qur’an secara tersurat
terdapat dalam sebuah mushaf yang terdiri dari kumpulan ayat, surat dan juz.
Dan, al-Qur’an secara tersirat ada pada alam semesta ini. Masyarakat Lebak dan
luar Kabupaten Lebak, dapat berwisata di arena MTQ.
Al-Qur’an yang tersurat, dipelajari dengan berbagai
disiplin ilmu, seperti tajwid, qiraat, tafsir, dan sebagainya. Yang kemudian,
dalam arena musabaqah melahirkan banyak cabang yang dilombakan. Semata untuk
motivasi kita mempelajari al-Quran, dan juga sebagai dakwah agama yang
bersumber pada nilai-nilai al-Qur’an. Sementara itu al-Qur’an yang tersurat
terdapat pada seluruh alam semesta raya ini. Pada setiap ciptaan Tuhan terdapat
pesan dan hikmah yang Tuhan sampaikan kepada manusia. Pada gunung, air terjun,
lautan, pepohonan, matahari, bulan, awan, dan lain sebagainya.
MTQ Mengembangkan Wisata
al-Qur’an
MTQ dapat menjadi event wisata. Para
pengunjung bisa menikmati keluhuran dan keindahan al-Qur’an melalui berbagai
cabang yang disuguhkan, yaitu Tilawah
al-Qur’an, Hifdz al-Qur’an, Tafsir al-Qur’an, Khath al-Qur’an, Syarh
al-Qur’an, Fahm al-Qur’an, Qiraat al-Kutub, Musabaqah Makalah al-Qur’an, dan Hifdz al-Hadits. Masing-masing
cabang tersebut, di bawah bimbingan para Kiai yang memiliki kompetensi keilmuan
yang tidak diragukan lagi, sekaligus yang telah memiliki sertifikasi dewan
hakim.
Sebut saja misalnya, KH. Badrudin,
KH. Busro Karim, dan Kiai Bunyati untuk Cabang Tilawah al-Qur’an. KH. Azizi untuk cabang Hifdzil Qur’an. KH. Ahmad Izzudin, Lc. untuk cabang Tafsir al-Qur’an. Drs. H. Ruhiyat dan
Hj. Yayat, S.Ag untuk cabang Khat
al-Qur’an. KH. Pupu Mahpudin, M.Pd.I untuk cabang Syarh al-Qur’an. Drs. KH. A. Hudori, M.Pd.I untuk cabang Fahm al-Qur’an. KH. Asep Saefullah,
M.Pd. untuk cabang Qiraat al-Kutub.
Dr. KH. Rumbang Sirajudin, MA dan Dr. KH. Nurul Huda, MA untuk cabang Makalah al-Qur’an. Dan, KH. Baijuri,
M.Pd.I untuk cabang hifdz al-Hadits.
Dalam cabang tilawah,
kita akan dimanjakan oleh lantunan kalam ilahi yang dibacakan oleh para
qari-qariah. Dengan menghadirkan berbagai golongan, yaitu
dewasa pria dan wanita umur
maksimal 39 tahun, canet pria dan wanita umur maksimal 48 tahun, remaja pria
dan wanita umur maksimal 23 tahun, anak-anak pria dan wanita umur maksimal 13
tahun, murattal pria dan wanita umur maksimal 11 tahun, Qiraat al-Qur’an pria
dan wanita umur maksimal 39 tahun, Qira'at
al-Qur'an Murattal Dewasa pria
dan wanita (eksebisi) Umur maksimal 39 tahun, dan Qira'at al-Qur'an Murattal Remaja pria dan wanita (eksebisi) umur
maksimal 23 tahun.
Dalam
cabang hifdz al-Qur’an, kita bisa
takjub menyaksikan para hafidz-hafidzah yang luar biasa oleh Allah Swt.
dianugerahi kemampuan menghafal al-Qur’an. Melalui berbagai golongan, yaitu Golongan 1 Juz dan Tilawah pria dan
wanita umur maksimal 14 tahun, 5 Juz dan Tilawah pria dan wanita umur maksimal
19 tahun, 10 Juz pria dan wanita umur maksimal 21 tahun, 20 Juz pria dan wanita
umur maksimal 21 tahun, dan 30 Juz pria dan wanita umur maksimal 21 tahun.
Dalam cabang tafsir
al-Qur’an, pengunjung bisa menikmati hamparan ilmu yang begitu luas.
Dengan terbagi pada tiga golongan yaitu
bahasa Arab pria dan wanita, dengan hafalan 30 Juz dan Tafsir Juz IX. Umur
maksimal 21 tahun, bahasa Indonesia pria dan wanita, dengan hafalan 30 Juz dan
Tafsir Juz XII umur maksimal 33 tahun, dan bahasa Inggris pria dan wanita,
dengan Hafalan Juz I sampai dengan Juz XIII (13 Juz Pertama) dan Tafsir Juz X
umur maksimal 33 tahun.
Dalam cabang khath al-Qur’an, pengunjung bisa melihat
secara langsung proses penulisan kaligrafi. Sangat nampak keindahan seni
kaligrafi dengan keapikan, ketekunan dan kelentikan jemari para
khathat-khathatat. Cabang ini, terbagi ke dalam empat golongan, yaitu naskah pria dan wanita umur maksimal 33
Tahun, Hiasan Mushaf pria dan wanita
umur maksimal 33, Dekorasi pria dan
wanita umur maksimal 33 Tahun, dan Kontemporer pria dan wanita umur maksimal 33
tahun.
Dalam cabang syarh
al-Qur’an, pengunjung bisa menikmati keterpaduan dan keserasian antara
ayat-ayat al-Qur’an dengan terjemah dan penjelasan kandungan maknanya. Cabang
Syarhil ini masing-masing 1 (satu) regu pria dan 1 (satu) regu wanita umur
maksimal 17 tahun.
Selanjutnya adalah cabang Fahm
al-Qur’an. Melalui fahm al-Qur’an
kita bisa melihat ketangkasan dan ketepatan peserta menjawab
pertanyaan-pertanyaan mengenai isi kanduangan al-Qur’an. Dalam cabang fahmil ini, masing-masing 1 (satu) regu pria dan 1 (satu)
regu wanita umur maksimal 17 tahun.
Dalam cabang qiraat al-Kutub, pengunjung dapat melihat kepiawaian peserta membaca kitab
kuning, atau dikenal juga dengan kitab “gundul”. Cabang ini, terbagi pada tiga
golongan
yaitu ‘Ulya pria dan wanita umur
maksimal 33 tahun, Wustho pria dan wanita umur maksimal 23 tahun, Ula pria dan
wanita umur maksimal 17 tahun. Selanjutnya, cabang musabaqah makalah al-Qur’an. Dalam MMQ, peserta menulis makalah,
mengurai dan menarasikan tema-tema yang bersumber dari al-Qur’an. MMQ pesertanya berumur maksimal 23 Tahun.
Terakhir, adalah cabang hifzh
al-Hadits. Dengan materi hafalan dalam kitab al-Hadis al-Arba’in al-Nawawiyah. Peserta yang mengikuti berumur maksimal 17 tahun.
Pada pelaksanaan MTQ, yang menjadi riuh-riah dihadiri oleh
pengunjung adalah saat pawai ta’aruf dan malam pembukaan serta penutupan. Malam
pembukaan dan penutupan, dapat menyedot banyak pengunjung. Dihadiri oleh Bupati
dan Wakil Bupati dan seluruh ulama, tokoh masyarakat, serta ribuan masyarakat
yang membanjiri malam pembukaan dan penutupan MTQ kabupaten. Dalam pembukaan
dan penutupan menampilkan qari terbaik yang melantunkan ayat-ayat suci
al-Qur’an. Mampu menghipnotis relung
keberagamaan setiap yang mendengarkannya. Terus membawa hati yang rindu akan
pesan-pesan Tuhan, dan masuk pada titik kehambaan seorang manusia.
Pembukaan
dan penutupan MTQ menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat untuk
menghadirinya. Ada silaturahmi, ada kebersamaan. Bercengkerama dengan keluarga
dan kerabat. Ada pula kegembiraan yang tak ternarasikan, seperti menikmati
kedatangan malam takbiran saat lebaran tiba. Dalam perhelatan MTQ, nilai-nilai
keindonesiaan, semangat kebangsaan selalu muncul. Sebuah komitmen warga bangsa,
bahwa berkehidupan di Negara Kesatuan Republik Indonesia harus menjunjung Kitab
Suci dan Konstitusi.
Dan memang, antara Kitab Suci
dengan Konstitusi bukan hal yang harus dihadap-hadapkan. Karena dengan berbagai
kajian dan telaahan yang mendalam, bahwa konstitusi kita adalah bersumber dari
nilai-nilai Kitab Suci. UUD 1945 bersumber dari al-Qur’an. Menjalankan dengan
baik UUD 1945 pada setiap ruang gerak kita dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, pada saat itu pula kita sedang mengamalkan nilai-nilai luhur
al-Qur’an.
Pawai ta’aruf dengan berbagai tampilan masing-masing kafilah kecamatan,
menjadi daya Tarik tersendiri. Serta keramahan tuan rumah pelaksana MTQ, yang
menyajikan warung amal, adalah eksotika tersendiri dalam kegembiraan event MTQ.
Masyarakat berjibaku dalam pawai ta’aruf MTQ menampilkan kreasi dan seni.
Menghibur, berkreasi, berinovasi, berdakwah, dan bersilaturahmi antar
perwakilan kecamatan. Dalam konteks kebangsaan, pawai ta’aruf menjadi media
efektif dalam merekatkan kesatuan dan persatuan masyarakat. Saling gotong
royong, tolong menolong sangat nampak dalam kegiatan ini.
Semua
elemen masyarakat terlibat aktif, memiliki peran masing-masing untuk
mensukseskan pawai ta’aruf. Kepolisian, TNI, Kepala Dinas, Kepala Bagian, Camat,
Lurah/Kepala Desa, PKK, Dharma Wanita, Pondok Pesantren, Majelis Taklim,
Madrasah Diniyah, Pers, Organisasi Masyarakat dan Kepemudaan, serta elemen
masyarakat lainnya.
Selain MTQ, pelaksanaan Festval Santri Lebak dalam moment
peringatan Hari Santri Nasional, juga menjadi potensi wisata di Kabupaten
Lebak. Karena dalam rangkaian kegiatannya banyak mengundang antusiasme
pengunjung. Tidak hanya pengunjung yang berasal dari Kabupaten Lebak, namun
juga banyak pengunjung yang datang dari luar Kabupaten Lebak.
Festival Hari Santri
Al-Qur’an banyak dipelajari dan dikaji oleh para santri di
pondok pesantren. Pemerintah telah
menetapkan setiap 22 Oktober diperingati hari santri. Di Kabupaten Lebak,
menggelar Festival Santri Lebak 2019, yang melibatkan pemerintah kabupaten,
Kemenag, dan berbagai komunitas, seperti MUI, FSPP, GP. ANSOR, PC NU, FK GMM,
ODOJ, FKRML, dan lain-lain. Pada festival ini, menghadirkan berbagai kegiatan
di antaranya, lomba baca kitab kuning.
Al-Qur’an dapat
ditafsirkan oleh ayat al-Qur’an itu sendiri, dan juga oleh hadits. Untuk mampu
menerima pesan al-Qur’an, para santri harus mempelajari berbagai kitab yang
menjelaskan kandungan al-Qur’an. Maka, FSPP menginisiasi untuk mengadakan lomba
baca kitab kuning demi mengasah kemampuan santri dalam membaca kitab. Keriangan
para santri dan pengunjung, makin dimanjakan dengan kehadiran personil Wali
Band, H. Aan Kurnia yang terkenal disapa Apoy.
Selain lomba membaca kitab, dalam Festival Santri juga
menyajikan berbagai kegiatan seperti bazar kampung santri, pesantren on the
road, festival marhaba, festival shalawat, maghrib mengaji, pentas seni santri,
ngaji on the street, santunan 1001 yatim, istighasah akbar, murak liwet, Lebak
Bertilawah dan Upacara Peringatan Hari Santri.
Para santri semangat untuk mengikuti seluruh rangkaian
kegiatan, seperti mengikuti festival shalawat. Mengeskpresikan kecintaan yang
mendalam kepada Nabi Muhammad Saw. Setiap regu tampil dengan persiapan yang
sudah sangat matang. Dengan penuh totalitas mereka tampil menyanjung nabi
tercinta, nabi yang membawa risalah cinta dan kedamaian bagi manusia. Nabi yang
mengedepankan akhlak karimah. Nabi yang mengajarkan agama dan beragama yang
penuh keadaban. Nabi yang mencintai umatnya. Nabi yang menghormati kemanusiaan. Nabi yang
mengajarkan dakwah dengan hikmah.
Rangkaian
Festival Santri Lebak juga mengadakan kegiatan santunan 1001 anak yatim. Sebuah
pembelajaran nilai, mengembangkan sisi afektif kepada anak-anak lainnya, bahkan
kepada orang dewasa. Bupati berkenan mengawali memberikan santunan kepada
anak-anak yatim. Anak-anak yang memiliki sejuta impian dan cita-cita.
Istighasah
Akbar dihadiri oleh Bupati Lebak beserta jajaran, ulama dan para santri.
Panitia istighasah, juga mengundang Abuya KH. Muhtadi Dimyati. Dalam
sambutannya Bupati Lebak menyampaikan:
“Ada
banyak makna, yang bisa kita ambil bersama dalam rangkaian peringatan hari
santri nasional ini. Diantaranya, menurut saya, adalah menumbuhkan komitmen
kita bersama dalam membangun kesadaran harmoni beragama dan berbangsa di negeri
ini.
Termasuk,
menyuguhkan pembelajaran dan pendidikan semangat jihad kepada para santri dan
seluruh elemen bangsa, tentang keindonesiaan yang digelorakan para ulama
nusantara. yang saat itu dipelopori oleh pahlawan nasional hadhratussyaikh KH.
Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945.
Resolusi
jihad itu, berisi seruan perintah kepada umat Islam, untuk berperang (jihad)
melawan tentara sekutu yang ingin menjajah kembali wilayah kesatuan Republik
Indonesia, pasca-proklamasi kemerdekaan.
Besok,
kita akan melaksanakan upacara Hari Santri Nasional, dan kemarin baru saja bangsa
ini melaksanakan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia,
periode 2019-2024. Maka hari ini, kita menggelar istighosah akbar untuk
bersyukur dan berdoa bersama untuk kemajuan santri dan untuk Indonesia maju.
Melalui
istighasah ini, kita bersyukur bahwa negara Indonesia sebagai salah satu negara
demokrasi terbesar, sementara di negara lain masih banyak warga yang sulit
mengekspresikan kebebasan berpendapat, dan nasibnya sebagai warga negara masih
dikendalikan oleh sebagian orang.
Setelah
bersyukur, dalam istighosah ini pula, kita bersimpuh dan berdoa agar para
pemimpin bangsa, dapat menghadirkan kondisi negara aman dan damai. Sehingga
kita semua dapat mencapai cita-cita kebangsaan bersama. Serta para santri dapat
mewujudkan Indonesia maju, dan ikut berperan dalam perdamaian dunia.
Kita juga memohon, semoga
Allah Swt. memberikan rahmat kepada bangsa kita yang multi etnik, suku, budaya,
bahasa dan agama serta kepercayaan dan ribuan gugusan kepulauan, agar
senantiasa hidup damai di dalam bingkai emas NKRI.”
Di
akhir sambutannya, Bupati Lebak megucapkan terima kasih kepada para kiai dan
santri yang telah ikhlas berjibaku membangun negeri.
“Sebelum mengakhiri
sambutan ini, atas nama Pemerintah Daerah, kami menghaturkan
terima kasih kepada para kiai dan santriawan-santriawati yang tulus ikhlas membangun negeri, menjaga
NKRI, membumikan pancasila, mengawal UUD 1945, dan merawat kebhinekaan.
Secara khusus pula, saya
mengajak para santriawan-santriawati, untuk bersama mewujudkan visi kabupaten
lebak, “Lebak sebagai destinasi wisata unggulan nasional berbasis potensi
lokal”. Sehingga, kita dapat membangun kabupaten Lebak sebagai baldatun,
thoyyibatun wa rabbun ghofur.
Setelah Istighasah, dilanjutkan dengan kegiatan
murak liwet. Dalam dunia pesantren, sangat familiar dengan nasi liwet. Setiap
selesai mengaji, atau sebelum melaksanakan pengajian, santri memasak nasi liwet
menggunakan ‘kastrol’. Pada festival santri ini, juga ditampilkan kegiatan
murak liwet bersama Bupati Lebak. Ada banyak nilai dan makna yang ingin
dihadirkan melalui kastrol dan liwet. Karena dalam kastrol dan liwet, terdapat
kesederhanaan, kesahajaan, ketawadhuan, kesungguhan, kesabaran, serta
nilai-nilai konstruktif lainnya.
Festival
Hari Santri Lebak juga menggelar Lebak Bertilawah, dengan mengundang Qori
internasional KH. Salman Amrullah. Lebak Bertilawah diinisiasi oleh Forum Kooordinasi
Gerakan Maghrib Mengaji (FK-GMM), komunitas One Day One Juz (ODOJ) dan Forum
Komukasi Remaja Masjid Lebak (FKRML).
Lebak
bertilawah ingin menghantarkan masyarakat Kabupaten Lebak kembali pada tradisi
keagamaan yang sangat kuat, yaitu rutin mengaji-membaca al-Qur’an setiap hari.
Membaca, memahami dan mengamalkan al-Qur’an harus menjadi prioritas masyarakat
muslim Lebak dalam aktifitas kesehariannya.
Festival Santri Lebak ditutup dengan melaksanakan upacara peringatan
hari santri pada 22 Oktober 2019. Bupati Lebak sebelumya mengeluarkan surat
edaran, agar seluruh pegawai pemerintahan, swasta serta masyarakat umum agar
masyarakat muslimnya menggunakan sarung dan peci untuk laki-laki serta untuk
perempuan mengenakan pakaian muslimah. Dalam upacara peringatan hari santri,
Bupati bertindak sebagai Pembina upacara.
Dalam sambutannya, Bupati menyampaikan, bahwa:
“Penetapan
tanggal 22 oktober sebagai hari santri, merujuk pada tercetusnya "resolusi
jihad" oleh KH. Hasyim Asy’ari, yang berisi fatwa kewajiban berjihad demi
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Resolusi jihad ini, kemudian melahirkan
peristiwa heroik tanggal 10 nopember 1945, yang kemudian kita peringati sebagai
hari pahlawan.
Meneruskan
tema tahun 2018, peringatan hari santri 2019 mengusung tema “Santri Indonesia
untuk Perdamaian Dunia”. Isu perdamaian diangkat berdasar fakta, bahwa
sejatinya pesantren adalah laboratorium perdamaian. sebagai laboratorium
perdamaian, pesantren merupakan tempat menyemai ajaran Islam rahmatanlil’alamin,
Islam ramah dan moderat dalam beragama.
Sikap
moderat dalam beragama, sangat penting bagi masyarakat yang plural dan
multikultural. Dengan cara seperti inilah, keragaman dapat disikapi dengan
bijak, serta toleransi dan keadilan dapat terwujud. Semangat ajaran inilah,
yang dapat menginspirasi santri untuk berkontribusi merawat perdamaian dunia.
Para
santri, agar turut berperan aktif dan terdepan, mengemban misi dan menyampaikan
pesan-pesan perdamaian di dunia internasional. Kita juga patut bersyukur,
karena dalam Peringatan Hari Santri tahun 2019 ini, terasa istimewa dengan
hadirnya Undang-Undang nomor 18 tahun 2019 tentang Pesantren. Sedangkan di
kabupaten Lebak, alhamdulillah, sudah mengawali dengan menerbitkan Peraturan Daerah
nomor 4 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Pondok Pesantren.”
Bupati Lebak, kemudian menyampaikan ucapan selamat
hari Santri dan meminta dukungan santri dalam mewujudkan Visi Kabupaten Lebak.
“Dalam
kesempatan yang berbahagia ini, saya ucapkan "selamat hari santri 2019,
santri Indonesia untuk perdamaian dunia. Secara khusus pula, saya mengajak para
santriawan-santriawati, untuk bersama mewujudkan visi kabupaten Lebak, “Lebak
sebagai destinasi wisata unggulan nasional berbasis potensi lokal”. Sehingga, kita
dapat membangun kabupaten Lebak sebagai baldatun, thoyyibatun wa rabbun ghofur.”
Dengan
penuh semengat para santri yang menjadi peserta upacara, menyimak apa yang
disampakan oleh Bupati Lebak. Santriawan semua berbaris mengenakan sarung dan
peci, sedangkan santriawati mengenakan pakaian muslimah. Komitmen keislaman dan
keindonesiaan terpatri pada pandangan serta langkah seorang santri. Di
pesantren, santri diajarkan tentang toleransi, moderatisme, dan berpandangan
global. KH. M. Mas’ud, kiai sepuh, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi
Banten, yang juga Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PC NU) Lebak
selalu menuturkan kepada para santrinya “jadilah santri yang intelek, dan
intelek yang santri”.
Upacara peringatan hari santri, dipimpin oleh Ketua GP. Ansor
Kabupaten Lebak yang selalu berikhtiar sekuat jiwa dan raganya mengedepankan
Pancasila, menjaga keutuhan NKRI, menjalankan UUD 1945 dan merawat kebinekaan.
Selain MTQ dan Festival Santri Lebak, potensi
mengembangkan wisata al-Qur’an adalah melalui optimalisasi Gerakan Maghrib
Mengaji, diantaranya yaitu melalui kampung maghrib mengaji dan khataman
al-Qur’an pada setiap peringatan hari jadi kabupaten Lebak.
Kampung Maghrib Mengaji
Pembentukan
kampung maghrib mengaji diperkuat oleh surat Bupati Lebak. Selain untuk memproteksi masyarakat agar
menjaga tradisi keberagamaan mengaji setelah melaksanakan shalat maghrib.
Kegiatan ini juga disatupadukan dengan ranah keluarga berencana dan wisata.
Menguatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga, sekaligus menjadi tempat
wisata religi bagi pengunjung yang ingin menikmati dan mendamba suasana maghrib
yang semua anak-anak sibuk mengaji.
Khataman
al-Qur’an pada Hari Jadi Kabupaten Lebak
Diawali dengan penerbitan
Surat Edaran Bupati Lebak tentang Khataman al-Qur’an pada setiap Peringatan
Hari Jadi Kabupaten Lebak ini. Kemudian surat tersebut langsung didistribusikan
ke para Camat, Lurah/ Kepala Desa, Ketua RT/RW dan Ketua DKM. Berdasar Surat
Edaran ini maka pada pelaksanaan Peringatan Hari Jadi, dilaksanakan khataman
al-Qur’an pada tiap tanggal 2 Desember, di seluruh Masjid setelah melaksanakan
shalat maghrib berjamaah.
Rangka epistemologis dari
munculnya regulasi ini, secara substantif, bahwa upaya pembangunan dan
pengembangan kabupaten Lebak tidak hanya cukup menggunakan pendekatan ekonomi
atau infrastruktur belaka. Namun juga membutuhkan kehadiran pendekatan
teologis, melalui teks suci, bagi umat Islam terdapat dalam al-Qur’an. Melalui
Khataman al-Qur’an dalam proses kontemplasi dan rasa syukur warga secara
kolektif, menyandarkan secara totalitas kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Selain al-Qur’an yang tersurat dalam mushaf. Juga
al-Qur’an hadir secara tersirat pada alam raya ini. Ini menjadi potensi wisata
sekaligus media untuk mentadabburi dan menafakkurinya.
Wisata
Tafakur
Saat penulis berada di Madinah, bertugas sebagai Tim Pemandu
Haji Daerah (TPHD). Dari hotel, penulis dan sahabat TPHD Provinsi Banten
lainnya, H. M. Ilham, menuju masjid Nabawi untuk shalat magrib berjamaah.
Setelah shalat, seorang syaikh yang duduk berdampingan, yang kemudian kami
ketahui bernama Khaudi Islamy, bertanya asal negara. Kami pun berbincang ramah,
juga untuk menimba ilmu.
Kami bertanya kepada Syaikh Khaudi,“Syekh, amal apa
yang dapat mendekatkan kami kepada Allah?”.
Dalam terminologi Islam, atau lebih spesifik lagi
dalam diskursus tasawuf dikenal dengan istilah ma’rifatullah (mengenal Allah).
Syaikh asal Iran ini menjawab, “Ada tiga amal dapat
mendekatkan diri kita kepada Allah Swt. yaitu shalat, zikir, dan tafakur”.
Syaikh kemudian, menjelaskan, “Mengerjakan salat,
bukan hanya diksi `mengerjakan´ melainkan juga ´menegakkan´ shalat. Bahkan,
dimulai dari hal yang mendasar dalam hal fikihnya. Misalnya, wudhu harus benar
sesuai dengan kaidah bersuci atau berwudhu. Salatnya, berdampak pada setiap
ruang gerak hidupnya. Kata Syaikh berikutnya, “Dikir bisa dalam hati atau zikir
dengan lisan, seperti membaca subhaanallaah,
walhamdulillah, walaa ilaaha illallaah, Allaahu akbar, atau laa Ilaaha illa Anta subhaanaka inniy kuntu
min al-dzaalimiin, atau yang lainnya”.
Terakhir, Syaikh menjelaskan tafakur. Katanya, “
Tafakkur itu merenung sejenak, berpikir tentang `ada`nya kita, atau
`keberadaan` kita, disandarkan kepada iradah Allah. Misalnya, dari mana kita
berasal, di mana kita sekarang, akan ke mana kita. Termasuk pula menafakuri
makrokosmos dan mikrokosmos alam ini”. Lebih kepada pertanyaan mendasar dalam
filsafat, kita pun bisa mengonfirmasi keberadaan kita sebagai makhluk Tuhan,
dilihat dari ontologis, epistemologis, dan aksiologis.
Menurut Syaikh, shalat, zikir, dan tafakur, jika kita
laksanakan secara konsisten dan keberlanjutan, maka seorang hamba akan sampai
pada satu nuqthah (titik) kesempurnaan sebagai hamba, yaitu ma’rifatullaah.
Perbincangan tersebut, mengingatkan penulis pada saat
berkunjung ke “negeri di atas awan” Gunung Luhur kecamatan Cibeber. Sebelum
naik ke lokasi, penulis bersama teman-teman kerja mengunjungi beberapa pondok
pesantren yang berada tidak jauh dari lokasi “negeri di atas awan”. Di
antaranya ke pondok pesantren modern al-Furqon Citorek. Penulis bercengkerama
dengan pengasuhnya, Kiai Jurjani. Kami berdua memang sudah lama bersahabat.
Kiai Jurjani seorang kiai muda intelek, yang menyelesaikan kuliah strata dua
nya di Timur Tengah.
Kami
berdiskusi teologis saat di lokasi wisata “negeri di atas awan”. Sejatinya para
pengunjung saat bergembira berwisata ke sini, juga harus memiliki stock of knowledge mengenai cara
memaknai kebesaran Tuhan yang mewujud melalui keindahan alam Gunung Luhur, atau
destinasi wisata lainnya di Kabupaten Lebak, baik gunung, air terjun, pantai,
atau hamparan kebun teh. Sehingga saat berwisata, pada saat itu pula kita
shalat, dzikir dan bertafakur. Berwisata menjadi media bertaqarub kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Pondok Pesantren dan
Wisata al-Qur’an
Potensi wisata al-Qur’an berikutnya,
adalah Pondok Pesantren. Seluruh disiplin ilmu yang dipelajari oleh para santri
di Pondok Pesantren, semuanya tertuju untuk mempelajari, memahami dan
mengamalkan al-Qur’an. Pola hidupnya yang memiliki kekhasan tersendiri, dapat
menarik perhatian orang di luar Lebak untuk berkunjung. Misalnya saja, baru-baru ini pelajar dari
Kanisius belajar tentang “Islam, al-Qur’an dan pondok pesantren”, ke Pondok
Pesantren al-Marjan, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Lebak, di bawah asuhan Kiai
Aep Saepudin al-Syadzili. Seorang Kiai Muda, yang juga mursyid tarikat dan
berkhidmat sebagai ketua Tanfidz PCNU Lebak.
Mereka belajar kehidupan santri, seperti mengenakan
sarung dan peci, serta makan ala
santri. Ini menjadi salah satu potensi wisata.
Belajar dengan metode sorogan dan bandungan khas pondok pesantren.
Di kabupaten Lebak, terdapat sekitar 1.500 pondok
pesantren. Masing-masing pondok pesantren memiliki kelebihan, baik dari
disiplin ilmu (fan), seperti fiqh, alat (nahwu-sharaf), tilawah, tahfidz, tasawuf dan sebainya.
Termasuk letak pondok pesantren yang berada di dataran, pegunungan, pesisir
pantai, dan di sekitar masyarakat adat, menjadi keunikan memikau. Misalnya,
Pondok Pesantren al-Hidayah, pimpinannya KH. Ahmad Izzudin Lc, karena
kompetensi dalam MTQ di cabang Tafsir, maka tidak heran jika banyak yang ingin
belajar tafsir al-Qur’an ke Pondok
Pesantren al-Hidayah.
Terakhir
Masih banyak gagasan-gagasan
menyegarkan lainnya yang mungkin saja ke depan bisa direalisasi. Diantaranya,
membangun sebuah Pusat Sudi al-Qur’an. Di dalamnya tersedia, media, jadwal,
pemateri, dan inovasi lainya dalam ikhtiar mempelajari al-Qur’an. Yang lainnya
adalah, mendirikan sebuah penerbit mushaf al-Qur’an. Tentu saja, dua gagasan
strategis ini tidak melulu harus dibangun dan menggunakan uang APBD. Tapi kita
bisa menginisiasi dan menawarkan kepada pihak swasta yang tertarik untuk
membangun Pusat Studi al-Qur’an dan Penerbit Mushaf al-Qur’an di wilayah
Kabupaten Lebak. Pembangunan yang selalu berkerangka dan bersandar kepada
al-Qur’an, akan dapat mewujudkan masyarakat kabupaten Lebak yang baik-bahagia
di dunia dan di akhirat.
Wallahu’alam
bi al-Shawab
Penulis adalah:
Kasubag Fasilitasi
Keagaman pada Bagian Kesra Setda Lebak dan
Ketua STAI
Wasilatul Falah Rangkasbitung
0 Comments