RANGKASBITUNG – Upaya Dinas Pendidikan (Dindik) Kabupaten Lebak meningkatkan minat baca di kalangan pelajar terlihat dari fasilitas baca di sekolah. Ada ribuan SD, SMP, dan SMA, namun ruang multimedia memang belum banyak dimiliki. Sekolah lebih banyak menyediakan perpustakaan karena biaya yang dibutuhkan lebih murah.
Data yang diterima Radar Banten dari Dindik, dari 759 SD, hanya 148 SD yang memiliki fasilitas multimedia, dan 164 SD lainnya memiliki perpustakaan. Untuk SMP berjumlah 192 sekolah, hanya 20 SMP dengan fasilitas multimedia, dan 73 di antaranya memiliki perpustakaan. Dari 51 SMA, hanya 20 sekolah dengan fasilitas multimedia, 31 sekolah lainnya memiliki perpustakaan. Kemudian dari 50 SMK yang ada, hanya 7 sekolah dengan sarana multimedia dan 8 sekolah dengan perpustakaan.
Kepala Bidang Pendidikan Menengah Asep Komar Hidayat mengakui, fasilitas tersebut sebagian besar baru dimiliki sekolah di wilayah perkotaan Rangkasbitung. Multimedia dan perpustakaan ini, lanjutnya, untuk meningkatkan belajar dan mendongkrak minat baca pelajar. “Selain untuk meningkatkan pembelajaran dan mendongkrak minat baca, multimedia ini tentunya untuk proses realisasi Rangkasbitung menjadi Kota Pelajar yang dicanangkan Pemkab Lebak,” tambahnya, Rabu (12/10).
Asep membenarkan, dengan fasilitas yang masih terbatas itu, belum cukup untuk mendongkrak minat baca pelajar. Dindik pun berupaya agar masing-masing sekolah memiliki fasilitas multimedia dan perpustakaan. “Saat ini, Dindik terus berupaya agar Rangkasbitung menjadi Kota Pelajar bisa terwujud secepatnya. Semua pihak harus turut mendukungnya,” harapnya.
Asep tetap yakin, minat baca pelajar lebih bagus daripada masyarakat umum. Pelajar, kata dia, terpantau langsung oleh guru ketika belajar di sekolah.
Dia mengatakan, minat baca masyarakat umum di Kabupaten Lebak masih rendah dapat dilihat secara kasat mata. Yakni, karena mayoritas taraf ekonomi masyarakatnya menengah ke bawah. Kondisi ini sangat memengaruhi daya beli terhadap buku. “Harus kita pahami bahwa masyarakat kurang mampu, pastinya tidak akan memikirkan bagaimana caranya ingin memiliki buku bacaan. Yang mereka pikirkan, tentu bagaimana caranya besok bisa makan,” tegas Asep.
Keyakinan Asep dapat dilihat dari jumlah peminjam buku di Perpustakaan Daerah. Dituturkan Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Ruyani, perpustakaan yang dipimpinnya itu memiliki 9.000 jilid buku. Namun jumlah peminjam buku per hari hanya 10 hingga 20 orang. Itu pun rata-rata dari kalangan pelajar dan mahasiswa. “Sementara pembaca atau peminjam buku dari kalangan masyarakat biasa atau masyarakat umum, paling-paling dua hingga tiga orang. Minat baca masyarakat umum masih rendah,” ujarnya
Data yang diterima Radar Banten dari Dindik, dari 759 SD, hanya 148 SD yang memiliki fasilitas multimedia, dan 164 SD lainnya memiliki perpustakaan. Untuk SMP berjumlah 192 sekolah, hanya 20 SMP dengan fasilitas multimedia, dan 73 di antaranya memiliki perpustakaan. Dari 51 SMA, hanya 20 sekolah dengan fasilitas multimedia, 31 sekolah lainnya memiliki perpustakaan. Kemudian dari 50 SMK yang ada, hanya 7 sekolah dengan sarana multimedia dan 8 sekolah dengan perpustakaan.
Kepala Bidang Pendidikan Menengah Asep Komar Hidayat mengakui, fasilitas tersebut sebagian besar baru dimiliki sekolah di wilayah perkotaan Rangkasbitung. Multimedia dan perpustakaan ini, lanjutnya, untuk meningkatkan belajar dan mendongkrak minat baca pelajar. “Selain untuk meningkatkan pembelajaran dan mendongkrak minat baca, multimedia ini tentunya untuk proses realisasi Rangkasbitung menjadi Kota Pelajar yang dicanangkan Pemkab Lebak,” tambahnya, Rabu (12/10).
Asep membenarkan, dengan fasilitas yang masih terbatas itu, belum cukup untuk mendongkrak minat baca pelajar. Dindik pun berupaya agar masing-masing sekolah memiliki fasilitas multimedia dan perpustakaan. “Saat ini, Dindik terus berupaya agar Rangkasbitung menjadi Kota Pelajar bisa terwujud secepatnya. Semua pihak harus turut mendukungnya,” harapnya.
Asep tetap yakin, minat baca pelajar lebih bagus daripada masyarakat umum. Pelajar, kata dia, terpantau langsung oleh guru ketika belajar di sekolah.
Dia mengatakan, minat baca masyarakat umum di Kabupaten Lebak masih rendah dapat dilihat secara kasat mata. Yakni, karena mayoritas taraf ekonomi masyarakatnya menengah ke bawah. Kondisi ini sangat memengaruhi daya beli terhadap buku. “Harus kita pahami bahwa masyarakat kurang mampu, pastinya tidak akan memikirkan bagaimana caranya ingin memiliki buku bacaan. Yang mereka pikirkan, tentu bagaimana caranya besok bisa makan,” tegas Asep.
Keyakinan Asep dapat dilihat dari jumlah peminjam buku di Perpustakaan Daerah. Dituturkan Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Ruyani, perpustakaan yang dipimpinnya itu memiliki 9.000 jilid buku. Namun jumlah peminjam buku per hari hanya 10 hingga 20 orang. Itu pun rata-rata dari kalangan pelajar dan mahasiswa. “Sementara pembaca atau peminjam buku dari kalangan masyarakat biasa atau masyarakat umum, paling-paling dua hingga tiga orang. Minat baca masyarakat umum masih rendah,” ujarnya
Sumber : www.radarbanten.com
0 Comments